Tuesday, January 16, 2007

antara Vietnam dan Indonesia

Pagi ini MAX Studio ada meeting dengan Martin Geiger - Vice President International Operation sebuag perusahaan mobile game developer/publisher dari mountain view silicon valley. Perusahaan ini baru berdiri awal tahun 2005, membuka 'offshore' di Vietnam. Martin tertarik untuk bicara mengenai komunitas game developer di Indonesia terutama mobile game. Perusahaan yang dia tangani kebutulan bergerak di area yang sama yaitu mobile game application. seperti kita juga ketahui bersama, bahwa orang amerika memang jago dalam hal mengemas/marketing/distribusi suatu produk apa saja, produksi/operasional diserahkan offshore/outsource ke negara berkembang karena biayanya lebih murah melakukan outsource/offshore di negara-negara berkembang ketimbang buka dapur produksi sendiri di negara asalnya sana. Dengan Alur rantai bisnis memproduksi di negara berkembang (menghemat cost) - packaging/designing/marketing di Amerika (America is the expert at this field)- jual ke negara2 maju (melalui channel distribusi carrier/vendor/content provider) seperti Amerika/Eropa/Jepang/Australia menjadikan perusahaan ini untung besar (ya jelas...ongkos produksi aja udah murah, lalu dijual di huge/mass market pula)

Beberapa pembahasan menarik dari obrolan-obrolan tadi adalah

1. Ternyata Vietnam memiliki resources yang cukup baik dalam segi teknikal skills, knowledge,dan kemampuan matematis (maklum, namanya programme game industri software memang memerlukan orang-orang yang mampu melakukan perhitungan matematis dan logic/nalar yang kuat). Jadi timbul pertanyaan dalam hati sebenarnya, memang orang Indonesia nggak ada apa yang logic dan nalarnya jalan ? saya juga jadi ingin tahu lebih banyak tentang vietnam, ada berapa software house, perguruan tinggi disana ? berapa jumlah developer , mahasiswa yang kuliah di Luar Negeri dibandingkan dengan Indonesia ? Apa benar Indonesia memang sudah ketinggalan dengan vietnam dalam hal kapasitas IT human resources skills ?

2. Martin juga menanyakan apakah ada semacam IT Industry park di Indonesia. kita juga malu mengakui bahwa memang kalau di Indonesia belum ada semacam IT Industry Parks Beda halnya dengan vietnam, malaysia,singapore,india, Thailand dan negara2 tetangga indonesia lainnya. Apakah Indonesia harus mengikuti jejak negara tetangga ? atau ambil kesimpulan bahwa IT bukan merupakan 'competitive advantage' Indonesia, dan pemerintah mungkin sibuk memikirkan sektor lain yang dianggap cocok dan sesuai dengan competitive advantage misalnya pertanian dan industri maritim. nggak tahu lha...

3. Mengenai biaya internet, Biaya internet di Vietnam saja ternyata jauh lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia. Dibawah 100$ perbulan udah bisa ngakses internet dengan speed 2 Mbps/640 Kbps, kalau disini pakai Speedy aja harus bayar 2 juta dengan akses katanya sih 512 kbps. jadi ingin tanya juga tapi sama siapa ya, kenapa biaya internet di Indonesia kok mahal ya ?. Padahal akses internet itu adalah infrastruktur yang bisa memboosting pertumbuhan ekonomi suatu negara, sama halnya dengan pembangunan jalan raya/tol yang bisa menggiatkan perekenomian suatu kota/wilayah/provinsi yang dilalui jalan tersebut. cukupi heran juga ya kenapa ya pejabat yang berwenang di Indonesia tidak punya strategi dalam mengoptimalkan IT Industry sebagai "leap frog" untuk menumbuhkan perekonomian bangsa seperti hal yang sudah dilakukan India dan sedang dilakukan oleh negara2 tetangga kita seperti Malaysia,Cina,Singapore dan Vietnam ?.

4. Kemampuan art works/design yang ternyata martin mengakui bahwa perusahaan itu kesulitan mendapatkan good designer/art works yang bagus di Vietnam, mungkin kemampuan art works/ design bisa jadikan keunggulan yang dimiliki Indonesia dibandingkan negara2 tetangga lain. udah pada tahu kan kalau skill design/art works Indonesia itu luar biasa bagusnya. Nah ada kemungkinan ini celah yang bisa dimasuki oleh pemain-pemain Indonesia untuk berkarya menyajikan karya yang oke punya.

5. Bisnis di mobile games application is tough, anybody can makes the games, but pertanyaannya.., games apa saja yang layak/kualified untuk dijual ?. bagaimana mengetahui apakah game ini pantas dijual atau tidak? platform apa yang dipilih ? di ponsel saja ada platform J2ME/Brew, lalu OSnya saja ada Symbian,Windows Mobile. Ukuran screen ponsel/pocketpc/pda juga beraneka ragam. nanti juga ada gadget console baru yang bisa menyimpan aplikasi games seperti iphone mungkin. wah...memilih/menetapkan target seperti itu aja udah bikin pusing kepala..., Budaya orang-orang di silicon valley adalah mencoba beberapa hal, lalu coba lihat mana yang berhasil mana yang tidak..., yang tidak berhasil tinggalkan dan fokus ke hal-hal dinilai lebih layak dan punya potensi menghasilkan revenue.

6. Tidak ada IT Venture Capital di Indonesia. kalau hal ini nggak usah berharap banyak deh ada VC di Indonesia.

Kurang lebih itulah beberapa point menarik yang bisa disampaikan kali ini. well, sekarang coba banyak-banyak berpikir positif aja deh, nggak usah banyak ngeluh dan nggak usah banyak mengharapkan bantuan pemerintah, usaha aja semaksimal mungkin, kalau sudah berhasil dan sukses nanti juga pemerintah datang sendiri dan tentunya apalagi kalau bukan ngingetin bayar pajak ?? hihihihihi....Hidup Indonesia..negeri tercinta kita !!!....

0 Comments:

Post a Comment

<< Home